Home Unlabelled Yuk Manajemen Lisan !!!
Yuk Manajemen Lisan !!!
Atiya Fauzan February 08, 2015 0
Lisan. Merupakan sebuah anugerah dan nikmat dari Allah SWT untuk manusia, karena dengannya kita berkomunikasi, berinteraksi, berbahasa, dan berdakwah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lisan diartikan sebagai lidah (n), berkenaan dengan kata-kata yang diucapkan (a). Dan Wikipedia mengartikan bahasa lisan sebagai suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosakata yang besar (kurang lebih 10.000) bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan melalui atau menggunakan organ mulut. Kata-kata yang terucap tersambung menjadi untaian frasa dan kalimat yang dikelompokkan secara sintaktis. Kosa kata dan sintaks yang digunakan, bersama-sama dengan bunyi bahasa yang digunakannya membentuk jati diri bahasa tersebut sebagai bahasa alami.
Kiranya, manusia tidak bisa terlepas dari ‘berkata-kata’. Maka dari itu, 24 jam kita bersama dengan lisan dan sering menggunakannya. Terkadang, lisan digunakan untuk kebaikan dan terkadang pula lisan digunakan untuk memproduksi kata-kata kotor, caci, maki, dan kata buruk lainnya. Lisan yang demikian adalah milik manusia-manusia yang ‘belum’ mampu mengontrol lisannya sendiri. Sebuah pepatah Arab menyatakan “Salamatul insan fi hifzhil lisan” (Keselamatan manusia itu sangat tergantung pada pemeliharaan lisan). Begitu pentingnya lisan untuk difungsikan dalam ucapan-ucapan yang mulia, hingga Nabi Muhammad SAW bersabda "Tidak akan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seorang hamba sebelum lurus (benar) lisannya." (HR Ahmad). Subhanallah.
Agar terhindar dari kesalahan fatal yang ditimbulkan oleh lisan, ada baiknya jika kita mengetahui seperti apa kekeliruan-kekeliruan yang biasanya dilakukan oleh lisan. Diantaranya adalah; berbicara sesuatu yang tidak perlu, Fudhulul-Kalam (berlebihan dalam berbicara), Al Khaudhu fil bathil (melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil), Al Jidal (berbantahan dan perdebatan), Al Khusumah (pertengkaran), berkata keji jorok dan caci maki, La’nat (kutukan), As Sukhriyyah (ejekan) Istihza’(cemoohan), Ghibah (bergunjing), dan perbuatan tercela lainnya.
Tentu kita pernah mendengar bahwa diam itu ‘emas’. Benar kiranya, jika hanya kalimat-kalimat buruk yang merugikan manusia lain yang akan kita keluarkan, sungguh diam adalah benar-benar emas. Manusia itu diberi dua telinga dan satu mulut supaya lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda, "Yang disebut Muslim adalah orang yang lisan dan perbuatan tangannya membuat orang lain aman dan selamat." (HR Muslim). Karena itu, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dan bagaimana untuk mengontrol nikmat lisan yang dititipkan pada kita? Berikut saya sertakan cara memanajemen lisan (sumber dari sebuah media daring di Indoensia). Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kedua, carilah waktu, kata-kata dan situasi yang tepat untuk berbicara. Artinya berbicaralah sesuai dengan keperluan. Karena itu, jangan terlalu banyak berbicara, sebab "Sebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif (tepat sasaran, bermakna) (HR At-Tabarani). Ketiga, iringi setiap perkataan dengan dzikir kepada Allah agar tidak berlebihan dalam berbicara. "Janganlah engkau banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah, sebab banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah dapat mengeraskan hati. Sementara, orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." (HR At-Turmudzi). Keempat, jangan suka mengobral janji ketika berbicara, karena berjanji itu lebih mudah daripada menepatinya. Hai orang-orang beriman, mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." (QS Ash-Shaff ayat 2-3). Kelima, jauhi ghibah (membicarakan aib orang lain) dan perkataan tidak terpuji karena hal ini dapat mengundang keterlibatan setan untuk membumbui dan memprovokasi. Karena itu, carilah mitra bicara yang tidak suka melakukan ghibah.
Semoga didetik ini lisan kita memiliki perubahan fungsi yang lebih baik. Jika kemarin masih memaki, semoga hari ini ucapan-ucapan mulia yang keluar darinya. Jika kemarin masih menggunjing, semoga hari ini kalimat-kalimat manfaat yang kita utarakan pada dunia. Sungguh, muslim yang baik adalah muslim yang tangan dan lisannya tidak menyakiti yang lain. Lisan ibarat mata pisau yang tajam, jika tidak digunakan dengan baik, niscaya pisau itu bisa mencelakakan orang lain bahkan diri sendiri. Semoga kita semua tergolong manusia-manusia yang mampu memanajemen lisan. Aamiin.
About Author
Ibu rumah tangga yang selalu dibuat bahagia oleh imam hidupnya
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment