MENU

Surat Terbuka Untuk Presiden RI




Kepada Yth. Presiden Republik Indonesia
(Ir. H. Joko Widodo)

Assalamu’alakum wr.wb
Selamat pagi bapak presiden
Sebelumnya, perkenalkan nama saya Atiya, salah satu rakyat Indonesia yang besar di Probolinggo dan menetap di Jember sebagai tenaga pengajar honorer disalah satu sekolah negeri.
Bapak presiden yang terhormat,
Saya hanya ingin menyampaikan keluhan seorang rakyat kepada presidennya, ini tidak salah kan pak?Ini mengenai keputusan pemerintah yang diamini 100% wong cilik semoga dibatalkan segera mungkin , apalagi jika bukan tentang “kenaikan harga BBM”
Bapak presiden yang terhormat,
Ijinkan saya bercerita sebelum memohon untuk dikembalikannya harga BBM pada harga semula. Di kota kecil seperti Jember, saya menjalan profesi sebagai seorang guru dengan setiap hari menggunakan kendaraan umum (angkot) selama 6 hari kerja. Jadi, saya begitu hafal dengan situasi dan kondisi para pengguna angkot. Hari ini, berkat kenaikan harga BBM, tarif angkot juga sudah ikutan naik, dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.000 (meningkat 20%). Subsidi BBM sudah dicabut, rakyat hanya bisa membuat dahi berkerut. Kata media, alasan pemerintah menaikkan harga BBM karena subsidi BBM yang juga katanya 71% digunakan kalangan atas dan 29% digunakan kalangan bawah, akan dialihkan kepada hal lainnya yang lebih bermanfaat, yang bisa langsung dirasakan kalangan bawah. Saya setuju saja pak dengan alasan tersebut, selama tidak menghilangkan senyuman di wajah wong cilik. Tapi pak, fakta berkata lain di lapangan. Bagaimana sedihnya mbah-mbah (nenek-nenek) yang pergi kulakan di pasar kota, labanya tak seberapa saat dijual kembali di desa, namun harus semakin terkuras oleh melambungnya biaya transportasi yang latah dengan BBM. Belum lagi berapa ratus pelajar yang meminta uang saku tambahan, harga jajanan dan harga angkot yang juga naik memaksa mereka. Padahal, siapalah orangtua mereka. Bapak sebut mereka kalangan menengah? Karena satu kartu sakti pun mereka tak punya. Tapi lihat penghasilan mereka, sungguh dibawah standart. Petani yang tergantung cuaca, security yang mengorbankan nyawa, abang becak yang dikalahkan masa. Tapi demi pendidikan anak, mereka nekad menyekolahkan sang anak hingga ke kota.
Bapak presiden yang terhormat,
Jika memang Bapak Presiden ahli membuat kartu, tidak bisakah mereka dibuatkan kartu baru. Kartu Kendaraan Umum misalnya, jadi mereka yang benar-benar kalangan bawah akan mendapatkan diskon tarif. Kartu Sembako juga misalnya, jadi perut-perut lapar mereka tidak merasakan lapar yang parah, sehingga harga beras, daging, sayur, dan minyak bisa mereka kejar. Dan tahukah bapak, bahwa saya hanyalah rakyat biasa, yang memandang permasalahan ini dari kacamata rakyat juga. Naiknya harga BBM telah membuat banyak golongan yang sebenarnya menengah menjadi golongan bawah. Karena kebutuhan hidup meninggi, sedangkan pendapatan tetap saja.Alasan pemerintah memang sempurna, dana subsidi nantinya akan dibuat bandara baru dan lainnya. Tapi tahukah bapak, seumur hidup, sekali saja wong cilik tidak pernah tahu seperti apa rasanya naik pesawat. Rakyat kecil tidak pernah memikirkan, liburan dimana pekan depan atau makan ikan apa besok. Tapi yang ada dalam pikiran hanyalah, bagaimana cara agar besok tidak lapar. Itu saja.
Bapak presiden yang terhormat,
Bapak presiden adalah orang nomor satu di negeri ini. Bagi saya, presiden seperti orang tua dan rakyat seperti anak. Sungguh wajarkan pak, jika seorang anak merengek memohon untuk dituruti permintaannya. Dan anak tetaplah seorang anak. Apapun itu, anak tetap harus manut terhadap orang tuanya. Meski terkadang, apa yang dipikirkan anak tidak sama dengan apa yang dipikirkan oleh orang tua. Saya berharap, kita saling mengerti dan memahami. Dan saya percaya, bahwa tidak ada orang tua yang tega menjerumuskan anaknya sendiri.
Terima kasih bapak.
Kami menyayangi bapak.
Wassalamu’alaikum wr. wb

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes