Home Unlabelled Move On Itu Indah
Move On Itu Indah
Atiya Fauzan December 08, 2014 0
Selamat pagi sahabat Istana Tulisan… semoga kalian semua berada dalam nikmat iman dan sehat. Aamiin. Untuk hari ini, aku akan membahas judul yang sudah tertulis di atas, ‘Move On Itu Indah’. Kenapa indah? Untuk sahabat Istana Tulisan yang penasaran, terus simak ya.
Pada dasarnya, semua manusia mengalami kecewa. Pasti. Tanpa terkecuali. Dan seperti kata lagu, sakitnya tuh disini. Tapi jangan khawatir, setiap penyakit ada obatnya. Begitupun dengan hati, penyakit hati ya obatnya obat hati juga. (Sebelumnya sudah pernah aku bahas di sini-obat galau jitu bin mempan) Tapi sahabat, setelah menerapkan obat hati tersebut, aku yakin kecewanya tidak meluntur dengan sempurna, masih ada ngilu-ngilunya di hati. Kenapa? Karena kita belum move on. Nah, move on merupakan tahap akhir untuk menyembuhkan luka tersebut dengan sempurna. Perfecto. Tanpa bekas.
Tentang move on, aku ingin berbagi pengalaman. 2009 aku mengikuti 6 tahapan tes di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), sayangnya aku hanya lolos hingga tes ke-4, langkahku dijegal untuk mengikuti langkah ke-5. Kecewa. Aku pun mengikuti 2 tahun berturut-turut tes di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Hasilnya? Namaku tidak pernah ada di daftar peserta lolos. Kecewa *lagi*. Setelah kekecewaan tersebut, dengan berat hati aku masuk di salah satu perguruan tinggi agama islam negeri. Sakitnya tuh disini memang, saat melihat saudara-saudaraku menimba ilmu di IPDN dan STAN. Tapi mau bagaimana lagi, kata ibu scenario kehidupanku begitu sesuai dengan harapan dan do’a ibu. Tidak jauh dari sisinya. Alhasil, awal masuk kuliah aku galau. Meski penyakit dalam hati ini sudah aku obati dengan obat hati, tetap saja. Sakit itu ada. Akhirnya aku menempuh cara terakhir, move on. Dan move on bukan berarti melupakan yang ‘lalu’, tidak akan pernah berhasil, karena melupakan berarti kita harus mengingat dulu apa yang akan kita lupakan. Tidak akan manjur. Move on itu lebih pada nerimo dengan cara menghindari dan meminimalisir bukan melupakan. Ikhlas. Ridho. Itu kuncinya. Dan akan berakibat, ketika kita mengingat kecewa itu, tidak ada apa-apa. Tidak terluka. Tidak perih. Tidak sakit. Dan apa manfaatnya? Yuk lanjut baca paragraph terakhir.
Saat kita bisa move on, seperti ada batu yang terangkat dari dada, plong, ringan. Hati itu seperti wadah, jika isinya sampah (kecewa, dll) dan kita bawa kemana-mana, tentu baunya dan beratnya akan membebani diri kita sendiri. Namun, jika isinya kebaikan, tentu akan meringankan kehidupan kita. Move on juga, membuat kita sungguh-sungguh dalam mecintai apa yang kita miliki setelahnya. Seperti pengalamanku, aku bisa serius kuliah, menghargai kampusku saat itu. Karena apa? Karena aku sudah move on dari IPDN ataupun STAN. Saat kita tidak lagi memiliki kecewa, bahagianya tuh disini. Kita akan lebih bersemangat untuk belajar/ bekerja/ berkarya. Kita akan lebih mampu untuk berpikir positif. Dan kita akan lebih sering menghadiahkan senyum untuk dunia. Karena hati kita bersih tanpa kecewa. Indah.
About Author
Related Posts
- Bahaya Sikap Tidak Adil
- Pengantin Baru, Telat Lagi Telat Lagi !
- Loe Berani Sombong?
- Ciri-ciri Cowok Yang Sayang Dunia Akhirat Sama Kamu
- Guru Yang Layak Di Kick Andy
- Amal Kebaikan, Disembunyikan Atau Dipublikasikan? (Berdasarkan Kisah Nyata Dari Om-ku dan Atasan-ku)
- Jomblo Merana, Single Bahagia
- Apa Sih Specialnya Bang Radit?
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment