Home Unlabelled Ya… Biasa Anak Muda
Ya… Biasa Anak Muda
Atiya Fauzan November 12, 2013 0
“Ya… biasa anak muda”, ungkapan seperti ini seringkali terdengar. Empat kata yang menjatuhkan citra seorang pemuda. Rangkaian huruf yang memaklumi kekonyolan para pemuda. Lalu? Apakah ungkapan ini harus dipertahankan? Tindakan kekerasan fisik dan mental yang dilakukan oleh antar pemuda, dan dilihat serta didengar oleh indera kita sendiri, hanya mendapat komentar tak berbobot dari kita “Ya… biasa anak muda”. Tawuran, pengkeroyokan, pelecehan, penghinaan, pengancaman, menjadi sesuatu yang melekat dan dijadikan adat ‘biasa’ oleh anak muda. Memangnya kata siapa anak muda yang katanya masih labil terus dimaklumi tingkahnya? Kata siapa juga anak muda dihalalkan untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya dilarang, karena dibawah umur (17 tahun red)? Kata siapa anak muda diberi kelonggaran karena belum mengerti apa-apa? Anak muda itu tidak bodoh, mereka semua pintar, mereka semua punya pikirannya masing-masing, mereka bias membedakan hitam dan putih, mereka juga punya hati, tapi ada yang memfungsikannya dan ada pula yang tidak.
“Ya… biasa anak muda”, ungkapan ini merupakan sikap pembiaran dari pihak dewasa. Melihat wajah anak muda babak belur, ungkapan itu diucapkan. Melihat muda-mudi mesum dipinggir jalan, ungkapan itu diucapkan. Melihat pemuda kebut-kebutan, lagi dan lagi ungkapan itu digunakan.
Hey anak muda, tidak ada yang bisa menjamin masa-mu, berlanjut ke masa dewasa dan tua atau hanya berhenti pada detik dimasa muda. Maka dari itu, hayolah kita ubah makna dari “Ya… biasa anak muda” ini. Kalian menciptakan buku/film/animasi/game baru (dan karya-karya lain), YA... BIASA ANAK MUDA LEBIH PRODUKTIF. Kalian nongkrong menyalurkan hobi fotografi, melukis, dance (dan hobi lainnya), YA… BIASA ANAK MUDA ITU KREATIF. Kalian berdiskusi dan berbagi suatu ilmu/pengetahuan/pengalaman di alun-alun kota, di café, di warung, YA… BIASA ANAK MUDA KAN AKTIF. Gimana? Setuju? Harus dong… karena pemuda dulu tidak mudah memperjuangkan tanah Indonesia. Merekalah pahlawan kita. Merekalah yang menumpahkan darah demi kenyamanan pemuda kini. Mereka berkorban agar kita bisa belajar dengan tenang tanpa ditemani dentuman bom, agar kita bisa tidur tenang tanpa khawatir diserang musuh, agar kita bisa tertawa lepas menikmati kebebasan, agar kita bisa jalan-jalan tanpa rasa was-was tertembak peluru. Hebat bukan?
About Author
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment