MENU

Jika Kamu Itu Aku



            Kenapa kita selalu menginginkan untuk berada di posisi orang lain. Kenapa kita selalu mendambakan untuk tertukar tempat dengan orang lain. Kenapa kita selalu berusaha menjadi orang lain. Padahal, banyak orang lain yang ingin seperti kita, banyak orang lain yang memimpikan keadaan kita, dan banyak orang lain yang ingin bertukar tempat dengan kita.

            Suatu sore, aku melihat sesosok tua renta dengan sepeda kayuh yang tak kalah renta. Aku masih ingat betul, ada sarung berwarna kuning yang terjepit diboncengannya. Sandal lusuh yang sekarat dibawah sadel. Dan warna sepeda yang dimakan karat dan pudar. Jalanan Kota Jember yang ramai lancar berjalan normal, orang tua itu menyandarkan sepeda tuanya pada sebuah pohon dekat tempat sampah. Beliau berada tepat di depan jejeran toko. Tangan keriputnya mengacak-acak tempat sampah. Kotak putih, itu yang terlihat olehku. Orang tua itu membukanya, berharap ada makanan yang tersisa. Namun, harapan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Orang tua itu terlihat kecewa, meski samar aku bisa merasakannya. Aaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhh. Angkot yang aku naiki telah mengaburkan pengamatanku, aku perhatikan dari kaca bagian belakang angkot, kejadian sekian detik itu hanya angkot lewati lalu berjalan menjauh dan semakin menjauh hingga kesamaran dan pada akhirnya obyek pengamatanku musnah. Aaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhh. Aku tak berguna.


            Jika orang itu aku, ada banyak pertanyaan yang berkeliling di benakku. Bisakah tenggorakanku menelan makanan basi? Mampukah hidungku menghirup aroma dari makanan sisa? Bagaimana cara aku bertahan hidup tanpa uang di dompet? Seperti apa kakiku jika jalanan hanya ditempuh dengan kayuhan sepeda? Oh Ya Rabb... aku bersyukur masih bisa memilih menu makanan di warung Bu Marem (warung terdekat dari pondok), aku bersyukur masih bisa menaiki si kuning angkot, dan aku bersyukur atas segala yang Engkau limpahkan.

            Jika orang itu aku, maka aku ingin bertanya pada orang-orang. Berapa rupiah yang kalian bayarkan di mie apong sampurna untuk sekali makan? Perlu berhari-hari bagiku untuk mendapatkan rupiah itu. Berapa kali kalian membeli barang baru (baju, tas, sepatu, topi, jilbab, dompet) dalam sebulan? Perlu belas kasih oranglain bagiku untuk mendapatkan sarung baru. Berapa jam yang kalian habiskan untuk santai dan liburan? Perlu penantian panjang bagiku untuk merasakaannya, karena bagiku tidak bekerja berarti tidak makan.

            Jika melihat ke bawah, aku ingin mengatakan “Jika kamu itu aku, aku tidak jamin akan sekuat dirimu. Kamu hebat, sungguh kamu hebat. Aku tidak tahu bisa bertahan didetik ke berapa. Aku salut sama kamu.” Siapapun itu...

           

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes