MENU

Twenty One My Age




            Diusiaku sekarang, twenty one my age, nothing yang bisa aku bagikan. Sinkronisasi kehidupan, telah merajam pemikiran yang semula muncul ke permukaan. Keselarasan prinsip sungguh memendungkan tangkapan indera yang melekat. Terkadang my brain melogikakan yang sepenuhnya pudar. But, aku terus try dan try untuk memvonis masa depan.
            Diusiaku kemarin, twenty my age, aku terus mempercepat my dream untuk dilinierisasikan  dengan attitude. Improvisasi yang terpaksa, menyandung kerenyahan hidup yang berjalan. Hal ini merupakan something yang nothing batas kestabilannya. Entah sampai mana titik didih penantian ini terpuncakkan.
            Di usiaku nanti, twenty two my age, aku plan untuk mengkonstruksi apresiasi dan pandangan publik khalayak. Siluet kesuksesan semoga menjadi harmonisasi yang terbesit. Dan juga my future tidak terus menerus monokrom. Karena sifat auditif yang nomaden ini, mengidentikkan sebuah label diri.

*Senam tulisan, jari-jari pusing dan keseleo, apa-apaan ini? #Haduh, sungguh tulisan yang memeras keringat namun tak berarti. Tapi, dibuat santai saja. Ini mengingatkan kita, bahwa hal ternyaman adalah dengan  menjadi diri sendiri, tanpa paksaan dan tidak dibuat-buat. Aku adalah aku, dan aku bangga menjadi aku, karena aku tetap aku.*
*Inilah sebuah bahasa fenomenal yang mengindonesia*
*Bahasanya VICKY PRASETYO*

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes