MENU

Hari Ke-1 (Go To Suro-Boyo) 22 Januari 2013

Dinginnya udara subuh tak menghalangiku untuk bersentuhan dengan air. Jam 5 pagi ini, aku harus meluncur ke kampus hijau, STAIN Jember. Ya,,, sebuah program yang selalu dipanggil dengan sebutan PPL 2 harus aku lalui. Di kota pahlawanlah, akan aku habiskan 6 mingguku bersama stasiun televisi lokal terbesar di jawa timur, JTV rek!
    Sedikit terlambat dari waktu yang dijanjikan, sekitar pukul 05.27 Kijang Innova milik kampus baru melesat menembus jalanan pagi kota Jember, membawaku dan ketiga temanku yang memiliki kesempatan sama (Afwan-JTV dan Fitri,Ummah-TV9). Ditemani oleh dosen pamong Ibu Siti Raudlatul Jannah M.Med.Kom, kami ikuti alur jalan selama 5 jam. Lelah memang berkutat dengan arus dan deru kendaraan selama berjam-jam, tapi ini hanya tantangan kecil yang tak menyorotkan semangat kami berempat.
    Barisan gedung megah menyambut kami, menyapa dengan penuh kesombongan. Aku lantas tak menunduk, tapi menatap balas dengan pompa kepercaya dirian. Enam ratus detik berselang, mobil yang kukendarai memperlambat lajunya di sebuah gang sempit. Ternyata, di kawasan inilah aku akan tinggal, tempat menghabiskan waktu istirahat selama berada di kota Suro-Boyo.
    "Mana JTV-nya?" tanyaku dalam hati ketika usai merapikan barang-barang pribadi di kamar kos baruku yang berukuran 3x4. Belum sempat merebahkan diri, bu Jannah (begitulah kami memanggil beliau) langsung mengajakku untuk ke JTV. Kembali aku berada di dalam mobil untuk menelusuri jalanan menuju kantor JTV. Hanya hitungan menit, mobil berwarna hitam milik kampus ini terparkir di halaman luas JTV.
    Untuk pertama kalinya sepatu karet "roxyku" menginjak lantai bening kantor JTV. Serbuan hawa dingin menyambut kami berlima. Seorang pegawai berhijab orange menyapa kami ramah, dengan menggunakan seragam khas JTV dan lensa mata berwarna biru, dia memperkenalkan dirinya sebagai Amel, salah seorang staf HRD.
    Kami diajak untuk menapaki anak tangga yang mengantarkan kami menuju lantai dua. Barisan kursi yang berderet, meminta kami untuk segera mendudukinya. Selanjutnya, sebuah obrolan ringan mengawali perkenalan kami dengan pihak JTV yang diwakili oleh mbak Amel. Obrolan singkat itu dihiasi lalu lalang para kru JTV, semenit kemudian seorang wanita berseragam serupa dengan Mbak Amel, diperkenalkan sebagai sekretaris redaksi. Pegawai yang juga berhijab itu menyebutkan namanya sebagai Cici. Satu orang hebat lagi yang kukenal bertambah.
    Dengan penuh keramahan, Mbak Cici mengajak kami memasuki ruang redaksi. Satu persatu pegawai yang berada diruangan tersebut diperkenalkannya. Kami hanya membalas uluran tangan sembari tersenyum hangat dan menghafal nama mereka. Setelah rinci dijelaskan, kembali kami bersentuhan dengan anak tangga untuk menuruninya.
    Sebuah ruang dengan dominasi kursi warna merah menjadi tempat selanjutnya yang kami masuki. Tetap bersama Mbak Cici, kami kembali dijelaskan tentang seluk beluk ruang yang ada didalamnya. Bersamaan dengan kehadiran kami, seorang presenter news sedang on air. Dengan gratis, kami menyaksikannya langsung. Sebuah ilmu baru lagi, gumamku dalam hati.
    Satu ilmu gratis kembali kami dapatkan dari staf marketing bernama Wahyu. Dari pegawai JTV lulusan fakultas tekhik ini, kami mendapatkan pencerahan mengenai teori komunikasi. Di akhir ceramah komunikasinya, Ibu Jannah dan kedua temanku yang memiliki tugas di TV9, berpamitan untuk mengundurkan diri dari perkenalan hangat yang dirangkai sedari awal.
    Aku kembali merasakan sebuah campuran rasa yang muncul sepuluh tahun silam. Ya,,, kepergian bu jannah yang meninggalkanku di JTV Surabaya sama persis dengan kepergian ibuku yang meninggalkaku dipesantren. Kehilangan. Sedih. Khawatir. Takut. Tapi, apapun itu, inilah jalan yang ku pilih dan ku tempuh. Sekuat tenaga, ku tepis semua dan kembali kepada dunia nyata, tak ada lagi lamunan kesedihan.
    Kepergian pihak kampus dari latar JTV tak menghentikan langkah mbak Cici untuk memberikan wawasan baru pada kami berdua. Kembali kami meluncur ke lantai dua, mendengarkan penjelasan yang dipaparkan secara rinci. Setelah usai semua, kami diperkenankan istirahat, dan untuk info tugas selanjutnya bisa langsung menghubungi mas Pulung.
    Sebuah pesan singkatpun dikirim pada mas Pulung, tak lama kemudian, balasan pesan diterima. Ternyata kami baru bisa menemui mas Pulung kala sore tiba. Hari siang, kami berdua memutuskan untuk kembali ke tempat kos masing-masing.
    Aku tidak bisa istirahat santai ketika barang-barang bawaanku masih berantakan. Alhasil, aku bereskan semuanya, sampai tertata rapi di sebuah lemari yang baru ku kenal. Ditengah kelelahan yang begitu hebat melanda, terdengar suara adzan asar dari kejauhan. Aku percepat gerak tanganku dan segera menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.
    16.00, aku dan rekan PPLku, Afwan, sudah tiba di JTV. Mencari sembari menunggu sesosok kru JTV bernama Pulung. Tak ada hasil, sebuah sms-pun kami luncurkan kembali. Jawaban yang tak diharapkan, kami terima. Saya masih diluar. Temui saya ba'da maghrib. Tak mau berkutat dengan keheningan, kami coba berjalan menikamti inchi per inchi dari gedung JTV. Terus berjalan, dan kami tertarik untuk memasuki gedung Graha Pena yang tepat berada di belakang gedung JTV. Orang-orang lalu lalang memasuki dan keluar dari gedung tiggi yang entah memiliki lantai berapa itu. Dengan penuh keyakinan, kami memasukinya menatap hal-hal baru dan semenit kemudian kami berdiri di dalam lift menuju lantai 5, lalu kembali turun ke lantai 1. Tak ada salahnya menjawab pertanyaan akan rasa penasaran.
    Lelah bermain di Graha Pena, kami coba berdiskusi di Masjid Ubhara yang kebetulan memiliki jarak berdekatan. Setelah sekian menit membincangkan masalah liputan maupun non-liputan, tiba juga saat adzan maghrib untuk dikumandangkan.
    Usai beribadah, kami menemui mas Pulung yang sudah stay di ruang redaksi. Pembagian tugaspun dilakukan. Afwan ikut mas Pulung liputan jam 6 besok pagi. Aku mengikuti Mbak Selvy untuk liputan Blusukan Pecinan jam 9 pagi esok hari. Dengan sisa tenaga seadanya, aku kembali ke kamar kos untuk men-charge diri, agar siap untuk tenaga esok hari.
   

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes