For You, My Niece
Enam belas tahun silam, saat aku berusia 4 tahun, kamu berontak keluar dari rahim umikmu. Setiap saat aku menatapmu dengan wajah penuh kepolosan. Terkadang mencari sebuah sebab agar kamu bisa teriak menangis. Tangismu adalah nyanyian terindah bagiku. Selalu tetap begitu sampai saat ini. Bukan tangis kesedihan yang aku maksud, tapi tangis kebahagian penuh gelora kesal. Aduan pada orangtuamu tentang ulahku, mungkin sudah setebal buku. Aku ingin tertawa jika mengingat itu.
Cengeng, manja, suka ngambek, de el el menjadi sifat yang melekat pada dirimu. Tapi itu dulu, yang tercermin bagiku dari sosok seorang HASANATUT DAROINI saat ini, adalah gadis kecil yang berubah menjadi remaja penuh tanggung jawab. Aku salut akan hal itu.
Sebagai putri sulung, kau tak bisa bertindak bebas pada adik-adikmu. Kau hanya menjadi korban aniaya unik dari mereka. Sabar,,,itulah yang tampak. Entahlah harus seperti apa lagi aku gambarkan sosokmu yang membahana dalam kesederhanaan.
Sebaris draf do’a sudah aku siapkan dihari jadimu, tak perlu aku tulis dalam kertas putih, cukup aku lukis di atas tengadah tanganku. Kau cukup mengamininya saja. Semoga dunia tak merenggut senyummu dan aku bisa mengukir kata kembali, tahun depan diwaktu yang sama, 6 Desember.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment