Home Unlabelled Pilumu, Piluku
Pilumu, Piluku
Atiya Fauzan May 25, 2012 0

Lupakan masalah cintaku yang tak berujung. ‘Dia ’ yang tetap dengan dunianya, pria putih-putih berbau obat yang masih menanti, dan serdadu-serdadu yang tak pernah bosan dengan senjatanya. Ini tentang sahabatku yang merasakan pilunya cinta. Dan aku sebagai wanita sekaligus sahabatnya, tidak bisa membayangkan perih yang ia rasakan.
Pilu itu berawal dari siang dibulan ini (mei). Aku asyik dengan aktifitasku sebagai mahasiswi, namun sebuah kabar tentang 123 (sahabatku) menghentikan tanganku mencoret sebuah kertas. “Sahabatmu hamil” bukan petir lagi yang menyambarku, lebih dari itu. Hatiku seperti diiris tipis. Sakiiiiiiiiiiiit. Aku tak langsung mempercayainya, segera aku mencari kebenaran berita itu. Dan ternyata BENAR. Ya Allah, sahabat macam apa aku ini, aku lalai menjaga sahabatku, kemana saja aku selama ini. Aku terus menyalahkan diri sendiri.
Sesenggukan seorang sahabat yang memilukan hati, kenapa bisa? Laki-laki itu telah merampas mahkota sahabatku. Dan dengan santai tidak mau mempertanggungjawabkannya. Ya Allah gusti,,, sudah berapa keping hati sahabatku kini. Pantaskah aku terus berdakwah? Sementara aku telah gagal dalam mendakwahi sahabatku sendiri. Airmataku sudah kering. Ya Rabb......................................................................................................................................
123 yang begitu polos dan lugu. Aku membiarkan dia pacaran dengan kekasih hatinya. Karena baginya, hidup tanpa pacaran seperti hidup tanpa oksigen. Aku bisa berbuat apa? Tapi aku tak menyerah, aku tetap membimbingnya dan memberi contoh. Entah kapan ia akan tersentuh.
Aku telah mengenal kekasihnya sejak awal, aku kira dia pria baik-baik. Karena dia begitu ‘vokal’ dan pembela kebenaran (menurut kacamatanya). Ternyata salah, tak hanya menodai 123 dia juga mencampakkan sahabatku itu. Miris...
Kemarin, 123 sempat bercerita sakit hatinya pada sang kekasih. Sama sekali aku tak menyangka, sakit hatinya disebabkan benih yang ditabur oleh pria brengsek itu. Janin tak berdosa, yang aku harap bisa aku lihat wajahnya di dunia. Semoga...
Kini, aku berharap sahabatku diberi kekuatan untuk menjadi seorang IBU. Aku sungguh gagal total, aku bukanlah sahabat yang baik. Aku merasakan sakit hati yang mendalam tiap kali melihat pria tak bermoral yang menghamili 123. Mukanya ingin aku lipat-lipat saja. Dimana malunya? Sudah berapa kaum hawa yang menjadi korbannya? MENYEBALKAN.
Sekarang, sahabatku hanya bisa menyesal dan coba memaksakan sebuah senyuman untuk dunia. Mungkin dalam hatinya ia berkata, “Kenapa aku harus coba-coba, sekali setan mendapatkan kesempatan, tak akan pernah dilepaskan. Tahu begini, aku tak kan pernah pacaran”.
Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Segala sesuatu ada tempatnya, berpuasalah terhadap ‘nafsu’ sampai ada yang halal. Semua yang haram, tak ada yang membahagiakan. Percayalah...
(Sahabatku 123,,, Pilumu adalah piluku, bersabarlah atas cambuk besar ini. Dan belajarlah menjadi seorang Ibu. Carilah ayah yang hebat untuk putra putrimu)
About Author
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment