MENU

CERPEN_I Love Akuntansi

I Love Akuntansi

Akuntansi. Satu mata pelajaran favoritku selama satu tahun ini. Tidak terasa, sebentar lagi aku akan menginjakkan kaki di kelas XII IPS A. Masa SMA-ku sebentar lagi akan berakhir. Ingin rasanya aku tetap seperti ini, tetap SMA dan tetap remaja. Tapi semuanya tentu tidak mungkin. Aku berharap akuntansi selalu ada dalam hidupku. Aku terlalu cinta terhadap akuntansi. Sampai-sampai jika dalam sehari aku tidak menyentuh akuntansi, rasanya ada yang kurang dalam menjalani hidup ini. Siang ataupun malam selalu aku sempatkan untuk bergelut dengan akuntansi. Entah itu hanya membaca materinya saja ataupun mengisi kolom-kolom kosong dengan angka.

Ibu Ely adalah guru akuntansi di sekolahku. Beliau menemaniku mengenal dan memahami akuntansi pada awal mulanya. Dan diakhir masa SMA-ku pun beliau tetap menjadi guru akuntansi di kelasku. Berkat beliau aku bisa memahami akuntansi. Pertama kali bertemu dengan akuntansi, aku langsung tertarik hingga kini. Ada keasyikan tersendiri jika mempelajari akuntansi. Dua jam pelajaran dalam seharipun tidak terasa. Banyak teman-teman yang membenci Bu Ely hanya karena beliau guru akuntansi. Mereka beranggapan akuntansi bikin botak, pusing, dll. Bagiku tidak, Bu Ely is my the best teacher. Meski Bu Ely memberikan banyak tugas, I’m Happy. Karena aku mengerjakannya dengan cinta. Segala sesuatu harus kita sukai karena hal itu membuat kita enjoy dan tidak terbebani.

Kesukaanku pada akuntansi membuat guru-guru mempercayakan Olimpiade Akuntansi ditanganku. Aku sempat bingung dan tidak PD. Aku suka, bukan berarti aku mahir. Aku hanya suka saja jika berkutat dengan materi-materi akuntansi. Keraguanku terbaca oleh Bu Ely, karena beliau ditunjuk sebagai guru pembimbing persiapan Olimpiade. Beliau mengatakan bahwa beliau setuju aku mengikuti Olimpiade ini bukan tanpa sebab, beliau percaya dengan kemampuanku. Nilaiku selalu bagus, tugasku selesai tanpa cela, aku mengetahui seluk beluk akuntansi, begitulah yang beliau katakana tentang aku. Seperti itukah aku? Akupun mulai membangun rasa percaya diriku. Sekolahku memang bukan sekolah favorite di kota ini, tapi tidak ada alasan untuk menyerah.

Ketika waktu Olimpiade tiba, aku grogi. Aku coba lihat soal-soal akuntansi dalam bentuk bahasa inggris di depanku. Aku mulai dari yang termudah. Aku kerjakan hingga waktu selesai. Aku sudah berusaha, menang ataupun kalah sudah biasa. Jika kulihat peserta lain, minder itu muncul dan tak terhindarkan. Mereka anak orang kaya yang ikut les disana-sini. Mereka dari sekolah mahal dan favorite dikota ini. Tapi semuanya ternyata tidak menjamin. Dihari pengumuman hasil Olimpiade, nama Zidni Ilma Nafia tertera dibaris dua teratas. Itu namaku. Alhamdulillah, syukurku berkali-kali. Meski bukan sebagai pemenang, aku keluar menjadi juara dua. Akuntansi, aku semakin mencintaimu.

Hari-hariku tetap dipenuhi akuntansi. Bu Ely sangat bangga terhadapku. Ternyata kecintaanku membuahkan kebahagiaan. Aku semakin gila dengan akuntansi. Tidak ada yang meragukan kemampuanku. Tapi aku tidak merasa demikian, aku tahu akuntansi karena suka lalu mempelajarinya. Hanya sekedar tahu bukan mahir. Tapi teman-teman tidak beranggapan demikian. Mereka memberikan aku sebuah sebutan yakni Miss Akuntansi. Terlalu berlebihan. Semua orang terdekatku mengerti kesukaanku ini. Mas-ku satu-satunya memberikan sebuah kado istimewa dihari ulang tahunku, yakni sebuah buku Akuntansi. Jika aku mempunyai sebuah masalah, mungkin orang lain menangis atau bercerita pada diarynya masing-masing, tapi aku malah sibuk mengerjakan soal-soal akuntansi, melakukan pembukuan, posting dll. Aku suka itu. Gila memang, tapi ini jiwaku, aku merasa nyaman dengan semua ini.

Tidak ada yang bisa merubahku, aku bertekad bahwa ketika lulus SMA nanti aku bisa tetap berteman dengan akuntansi meski aku telah duduk dibangku kuliah. Fakultas Ekonomi tentu adalah sasaranku. Tapi semuanya tak berjalan mulus. Aku penggila akuntansi ternyata menjadi mahasiswi Komunikasi Islam. Sangat jauh. Jujur, di lubuk hatiku ada perasaan kecewa dan sedih. Tidak ada lagi akuntansi dihari-hariku. Kutemui sebuah matakuliah yang sangat kontras dengan akuntansi yakni jurnalistik, psikologi dll. Delapan semester harus aku lalui tanpa akuntansi. Sudah tidak ada semangat pada diriku untuk mempelajari akuntansi lagi. Duniaku saat ini bukan akuntansi. Ini semua terjadi berawal dari cita-citaku yang terlalu berlebihan. Bunda menghabiskan banyak biaya untuk ini karena aku hanya mau kuliah di perguruan tinggi akuntansi terbaik di negeri ini. Namun semuanya malah mengecewakan. Aku gagal masuk. Sebelumnya, aku tidak akan mau jika harus kuliah di perguruan tinggi negeri biasa. Aku harus masuk Fakultas Perguruan Tinggi Negeri Impianku. Bunda menuruti keinginanku. Tapi semuanya berantakan, ketika aku mengikuti Ujian Tes Masuk dalam keadaan sakit. Hasilnya menyakitkan. Aku ditolak. Tidak ada jalan lain, aku hilangkan rasa egois itu, aku bersedia kuliah dimana saja dan masuk fakultas apa saja. Bunda cukup lega mendengarnya. Akhirnya, disinilah dunia baruku. Menjadi mahasiswi Komunikasi Islam. Aku berusaha menyukainya. Ternyata ditengah perjalanan hampaku tanpa akuntansi, aku terpilih sebagai bendahara di sebuah organisasi ternama di kampus. Aku baru menyadari, meski aku tidak lagi menerima teori askuntansi, tapi kini aku diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang aku pahami dari akuntansi. Meski hanya bendahara biasa, akuntansi tetap harus diterapkan dan diperlukan. Ternyata aku tidak berpisah dengan akuntansi. I Love Akuntansi.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes