Kesan Menonton Shiki (05 Maret 2015)

Shiki Ori - Setelah mempelajari tentang Jepang, mulai dari sejarah, politik, ekonomi, demografi, hingga budaya, aku memutuskan untuk menjadikan Jepang sebagai salah satu negara yang paling ingin aku kunjungi di dunia. Dan hal ini membuatku semakin sering membaca artikel/berita tentang jepang, menonton film jepang, dan hal lainnya yang berhubungan dengan jepang. Termasuk menonton Shiki Ori-ori.

Dalam kesempatan kali ini, aku ingin membagikan kesanku ketika menonton acara yang dibawakan oleh Chiaki Matsuzawa dan Machico ini, lebih tepatnya untuk edisi 05 Maret 2015. Setelah menontonnya, perasaanku semakin ‘menggila’ untuk mengunjungi Jepang, hatiku semakin takjub dengan seluruh daya tarik Jepang, dan wawasanku bertambah tentang Jepang.

Kesan Menonton Shiki (05 Maret 2015)

Pada edisi 05 Maret 2015, Shiki Ori-ori membahas tentang Aomori, yang begitu dikenal karena produksi apelnya. Termasuk apel Fuji yang sudah mendunia. Dan untuk Indonesia, apel Fuji sudah memiliki tempat istimewa tersendiri di hati masyarakat, karena kualitas apel yang satu ini memang patut diacungi jempol. Di Itayagi Furusato yang dijadikan sebagai taman hiburan apel, pengunjung bisa memetik apel dari pohonnya, merasakan aneka kenikmatan dari buah apel, dan tentu berbelanja apel yang begitu segar. Selain itu, Itayagi Furusato juga menghasilkan produk olahan sendiri, seperti selai dan jus apel.

Hingga dimenit ke-10 dalam acara Shiki Ori-ori, aku sudah mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang Jepang, dan juga keunikannya. Memasuki menit ke-11 dalam acara yang satu ini, disuguhkan sebuah informasi tentang Gunung Shirakami. Teks narasi yang jelas, komunikatif, dan informatif yang juga digabungkan dengan visual sesuai nan menakjubkan, membuatku semakin betah menyaksikan Shiki Ori-ori hingga menit terakhir. Diceritakan dalam segmen ini bahwa Gunung Shirakami terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO pada tahun 1993. Yang didalamnya terdapat Pohon Fagus, dimana pohonnya melengkung, kasar, dan tak tahan lama sehingga dianggap tidak cocok dijadikan bahan mentah. Namun, BUNACO memberi cerita lain pada Fagus. Yang mana Fagus disulap menjadi barang-barang interior menkajubkan. Maka tak heran jika BUNACO mampu melakukan pameran dagang di Perancis.

Disegmen selanjutnya, pemandian panas Dake hadir sebagai materi pembahasan. Pemandian yang berusia sekitar 320 tahun ini, bisa pengunjung nikmati dengan dilengkapi makanan menakjubkan dari gunung bernama Nasi Matagi. Makanan nasi teko kukus ini memiliki arti pemburu, dimana seluruh bagiannya terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari gunung, yang berfilosofi hasil dari pemburuan. Dalam hal ini, Amy, selaku pembawa acara pada edisi Aomori begitu gamblang mengekspresikan nikmatnya rasa Nasi Matagi. Hal ini jelas mampu menggugah penonton Shiki Ori-ori untuk segera terbang ke Jepang dan membunuh rasa penasaran seperti apa nikmatnya Nasi Matagi, termasuk aku.

Kerajinan emosional vernis Tsugaru yang menjadi pembahasan selanjutnya. Aomori memiliki corak vernis Tsugaru yang unik dan diwariskan hampir di sekitar Hirosaki. Ada 4 jenis teknik yang bisa digunakan, yaitu Kara-nuri, Nanako-nuri, Monsha-nuri, dan Nishiki-nuri. Informasi ini jelas mampu mengenalkan yang tidak kenal pada Jepang dan lebih mengenalkan yang telah mengenal. Begitu bermanfaat.

Untuk selanjutnya, Amy mencoba Touka, sebuah kue yang begitu disukai putri raja pada jaman dahulu kala. Kue yang satu ini bisa ditemukan di sebuah kedai yang sudah berusia 380 tahun. Pemilik generasi ke-16, Tuan Fukui menjelaskan bahwa ia akan merasa sangat bersyukur jika orang-orang bisa merasakan nikmatnya Touka, karena cita rasa pedesaannya yang khas. Hmmm. Hal yang satu ini bisa menjadi tujuan penting ketika berkunjung ke Jepang.

Informasi menarik di segmen selanjutnya adalah permainan pedang yang diwariskan ke beberapa generasi, Bokuden Ryu. Pada tiap ayunan pada permainan pedang ini, ada semangat yang bisa membakar hidupnya ke tanah. Dan permainan ini merupakan salah satu dari beberapa warisan budaya berharga di Hirosaki yang melestarikan semangat samurai.

Dan memasuki menit ke-38, diisi oleh segmen Tsugaru Shamisen yang merupakan musik jiwa dari Aomori. Shamisen mempertahankan lagu-lagu rakyat Tsugaru bersama. Instrumen senar yang unik ini dimainkan dengan menjentikkan tiga senar menggunakan alat berbentuk papan yang disebut Bachi. Dalam acara Shiki Ori-ori, audio (suara Shamisen) tertangkap begitu jelas ditelinga penontonnya. Maka tak heran jika hal tersebut membuat aku semakin takjub pada Jepang yang dihiasi nada-nada indah yang begitu memanjakan telinga.

Festival Aomori Nebuta merupakan segmen terakhir dalam acara Shiki Ori-ori edisi 05 Maret 2015. Festival ini dihiasi lentera apung raksasa yang memiliki warna menawan yang juga dihias tokoh-tokoh samurai. Festival yang satu ini begitu dinantikan dan begitu dibanggakan oleh masyarakat Jepang maupun masyarakat dunia. Karena festival ini merupakan acara fantastis yang diadakan selama sepekan saat musim panas. Untuk lentera seindah Festival Nebuta dengan warna yang melimpah, hanya bisa ditemukan di Aomori. Menakjubkan. Dalam segmen ini, mata penikmat acara Shiki Ori-ori begitu dimanjakan dengan angle atau sudut pengambilan gambar yang mempesona. Hingga membuat tubuhku seakan-akan masuk dalam festival tersebut dan merasakan gegap gempita lentera raksasa yang penuh warna.

Itulah dia kesanku selama menonton Shiki Ori-ori periode 05 Maret 2015.

2 comments :

  1. suka mbak,,,,, dari pas kecil nonton kartun q udah sangat tertarik sama Jepang,,,,, sayang saya blum seberuntug mbk atik yang udah bisa mendalami tentang Jepang,,,,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ganbatte!!! Aku baru belajar jepang sekitar beberapa bulan lalu dek...

      Delete

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes