MENU

Kangen ‘Panggung’

        
24/11/2013 mendampingi anak-anak untuk mengikuti lomba tartil dan lomba pidato di masjid Baitul Amin Jember. Kurang lebih selama 6 jam aku berada di tempat lomba dan mengikuti acara yang diikuti oleh semua tingkatan pelajar tersebut.  Berada di ruang pidato bahasa Indonesia, aku bernostalgia ke masa-masa saat aktif di panggung. Aku melihat mereka yang berdakwah menggunakan gaya panggung dan intonasi  yang mengagumkan. Aku jadi kangen panggung. Sudah cukup lama aku tidak ‘manggung’.
            Entah kenapa aku ditunjuk sebagai delegasi untuk berpidato dimanapun dan kapanpun. Jujur, aku termasuk orang yang demam panggung pada awalnya (dan ketagihan pada akhirnya), aku orangnya pendiam dan menutup diri (katanya), namun jika berada diatas panggung, aku merasa menjadi pemilik panggung, dan suaraku pun keluar tanpa hambatan. Aku yang pendiampun berubah (Hehehe).
            Semua ke-pede-anku diatas panggung (yang berhubungan dengan vocal; pidato/ mc/ puisi) berawal dari masa SD yang memaksaku untuk tampil sebagai pembaca terjemahan ayat. Aku bahagia dan bangga mendengar suaraku keluar dari sound system dan didengarkan oleh banyak orang. Sejak itulah ke-pedean-ku muncul namun belum sepenuhnya.
            Di masa SMP, rasa pedeku semakin dipompa. Sekolah di dunia pesantren memberikan peluang dengan lomba-lomba pidato yang bejibun setiap tahunnya. Aku lupa sebabnya, ketika kelas VIII, aku diutus perwakilan kelas untuk mengikuti lomba pidato yang diadakan oleh sekolah. Juara 1, itu yang kuraih. (Katanya sih) intonasiku beda (ke-lebay-anku terbawa ke panggung) gesture tubuhku juga baru (lagi dan lagi membawa lebay). Aku hanya mencoba untuk berbeda (kebiasaanku) lagu pidato yang sok puitis dan gaya bak da’iah terkenal (Hiks ;().
            Gelar juara 1 membuat ke pedean ku menggila. Aku istiqomah pidato di lomba-lomba dan di masyarakat sekitar pondok. Setelah keluar dari pondok, aku juga pidato pada masa-masa kuliah, masa-masa KKN, dan pidato di audisi Da’i Muda ANTV (Lolos semifinal aja). Setelah itu, pidatoku mulai pudar. Dan saat ini aku merasa kangen, sangat kangen. Sudah sangat lama sekali aku tidak menginjakkan kaki di panggung pidato. Kangen. Seperti apa rasanya berada diatas panggung? Aku lupa. Mungkinkah kembali ke masa awal? Kembali grogi parah. Benar memang kata orang-orang, pisau akan tumpul jika tidak pernah diasah. Hmmm… Dan aku merasakannya, sangat tumpul.

Post a Comment

My Instagram

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes